Total Tayangan Halaman

Selasa, 03 September 2019

ASAL MULA DANAU TAPALA

Pulau Seram yang terletak di daerah Kabupaten Maluku Tengah, merupakan salah satu dari dua pulau besar di kawasan ini. Pulau ini terkenal dengan nama Nusa Ina artinya Pulau Ibu.

Di Seram bagian Barat, Kecamatan Taniwel terdapat sebuah negeri yang bernama Hatunuru.
Dahulu kala di tempat itu terdapat sebuah desa yang cukup besar. Rakyat di desa itu hidup dengan aman dan damai di bawah pimpinan seorang Raja yang sangat bijaksana dan baik hati.

Di pinggiran desa itu hiduplah dua orang kakak beradik yang sudah kehilangan ayah dan ibunya. Mereka berdua hidup sebagai anak-anak yatim piatu yang miskin.
Dalam keadaan hidup yang miskin itu, kedua kakak beradik hidup dengan rukun dalam suasana persaudaraan yang manis. Setiap hari mereka berusaha mengolah alam sekitarnya untuk memperoleh makanan bagi kelanjutan hidup mereka.

Pada suatu hari ketika mereka sedang duduk dalam pondok, datanglah seorang nenek yang sudah tua dengan pakaian compang-camping dan kotor. Kakak beradik tersebut segera mengajak nenek itu duduk lalu diberi makanan serta minuman. Sesudah itu pakaian nenek yang kotor tadi dibersihkan oleh kakak beradik itu. Melihat tingkah laku kakak beradik itu, maka timbullah perasaan sayang dari sang nenek serta keinginan untuk membalas kebaikan mereka.


Lalu sang nenek meminta kesediaan dari kakak beradik tersebut untuk mencari kutunya. Kakak beradik itu mau mencari kutu sang nenek dan saat mereka mulai memegang kepala si nenek, nenek itu pun berpesan ”cucuku apabila kalian mencari kutu nenek dan mendapatkan telut-telur kutu hendaklah kalian menghancurkannya. Tetapi apabila kalian menemukan induk kutu, maka jangan sekali-kali kalian menghancurkannya.

Kedua anak itu lalu mencari kutu nenek dengan berpegang teguh pada pesannya. Setelah beberapa lama mereka mencari kutu, dimana telur-telur kutu nenek sudah dihancurkan, tiba-tiba mereka menemukan seekor induk kutu.

Sesuai dengan pesan nenek, induk kutu itu tidak dihancurkan melainkan diambil dari kepala sang nenek dan segera ditunjukkan kepada sang nenek. Dengan ajaib, induk kutu itu berubah menjadi seekor anak babi.
Lalu berkatalah nenek itu: ” Inilah anak babi, jagalah baik-baik sampai besar, agar kalian nanti tidak akan bersusah payah lagi mencari binatang buruan, tetapi kalian kini sudah memperolehnya.”

Disamping itu nenek tersebut memberikan kepada kakak beradik itu sebuah kuwali, sang nenek pun berpesan pada mereka : ”Ini kuwali kalian berdua jaga baik-baik, apabila kalian kekurangan sesuatu, ketuk saja kuwali ini maka pasti apa yang kalian butuhkan itu akan datang dengan sendirinya.”

Lalu nenek itu pun pergi meninggalkan kakak beradik tersebut. Mereka sekarang hidup dengan tidak kurang apa-apa.

Warga desa benar-benar tahu bahwa kedua anak itu sangat miskin, mereka menjadi sangat kaget melihat kedua anak itu kini telah hidup berkecukupan.
Mereka saling bertanya satu sama lain dari mana sehingga kakak beradik itu dapat hidup berkecukupan. Warga desa itu pun menjadi iri hati melihat kedua anak tersebut. Kemudian mereka berusaha sekeras-kerasnya untuk mengetahui sumber kehidupan dari kakak beradik itu. Pada akhirnya orang-orang di desa itu mengetahui bahwa kuwali itulah sumbernya. Kini mereka berusaha untuk mencuri kuwali dari kakak beradik tersebut.

Pada suatu hari kakak beradik itu pergi ke kebun, ketika hari mulai siang mereka merasa lapar, maka mereka pulang ke rumah. Ketika mereka sampai di rumah, mereka mencari kuwali itu. Ternyata kuwali tersebut sudah tidak ada lagi pada tempatnya. Mereka berdua mencari kuwali itu kesana kemari namun sia-sia, karena ketika mereka berada di kebun, kuwali itu sudah dicuri oleh orang-orang desa.

Kakak beradik itu menjadi sedih dan menangis. Sementara mereka menangis tiba-tiba muncul nenek tua itu dihadapan mereka, sambil bertanya, ”mengapa kalian berdua menangis?”. kedua anak itu menjawab bahwa “kuwali pemberian nenek itu telah dicuri orang”.

Nenek pun berkata ”janganlah kalian menagis tetapi ambil saja sebuah anak panah ini dengan busurnya, lalu pergilah kalian ke tengah-tengah desa dan panahlah ke arah langit. Apabila anak panah itu sudah terlepas dari busurnya, maka kalian berdua harus lari meninggalkan desa ini.

Ketika anak panah itu jatuh ke tengah-tengah desa, maka keluarlah satu mata air yang mengalir cukup deras. Akibatnya desa itu tenggelam digenangi air sehingga semua penghuni desa mati, kemudian desa itu berubah menjadi sebuah danau yang disebut “Danau Tapala".

Pesan moral yang dapat dipetik dari cerita ini adalah :
·         Kita harus selalu berbuat baik kepada sesama manusia.
·         Jangan pernah senang melihat orang lain susah dan susah melihat orang lain senang.
·         Baik dan buruk perbuatan kita pasti akan ada balasannya.

KISAH BULU PAMALI

Pada zaman dahulu, ada seorang pemuda miskin bernama Yongker. Ia suka membantu dan baik hati oleh sebab itu semua orang menyukainya, kapan saja orang membutuhkan bantuan, Yongker selalu bersedia membantu dengan senang hati.

Mata pencaharian Yongker adalah menjual kayu bakar dengan cara mengambilnya di hutan kemudian kayu-kayu itu dijual kepada orang-orang yang membutuhkan.

Suatu ketika di hari yang cerah Yongker pergi ke hutan dan mencari ke sana kemari untuk mendapatkan kayu, namun tidak ditemukan. Ketika hari hampir gelap, Yongker akhirnya memutuskan mencari tempat yang aman untuk tidur dan akan pulang di pagi hari. Yongker kemudian menemukan sebuah tempat yang nyaman. Tempat itu tampak rapih, kelihatannya seperti sebuah tempat dimana orang lain pernah beristirahat di situ.
Yongker sangat senang. Karena dia tidak perlu lagi susah-susah mencari tempat untuk beristirahat.

Malam itu adalah malam yang cerah, cahaya bulan sangat terang menerangi alam sekitar tempat Yongker beristirahat. Karena sangat kelelahan Yongker akhirnya segera beristirahat, namun dia tidak bisa tertidur karena banyak nyamuk. Tiba-tiba, muncullah seekor ular yang sangat besar datang menelannya yang kemudian memuntahkannya lagi. Yongker merasa tubunya sakit sekali karena terpelanting ketika ular itu memuntahkannya. Ular itu kemudian berubah wujud menjadi seorang lelaki tua disertai bunyi gemuruh yang amat keras. Tubuh Yongker menggigil ketakutan.

"Hai anak muda! Ini adalah tempat saya! Apa yang kau lakukan di sini? Siapa kamu ?!" teriak orang tua itu. Yongkers terkejut dan ketakutan.

"Ayo jawab aku! Siapa kau dan apa yang anda lakukan di tempat saya ini?!" teriak orang tua itu. Dia marah karena Yongker tidak menanggapi dia.

"Aku sangat menyesal pak. Maafkan aku. Nama saya Yongker, saya ini yatim piatu,  aku tersesat ketika mencari kayu untuk dijual demi menyambung hidup," jawab Yongker sambil menunduk ketakutan.

"Apakah Anda tidak punya pekerjaan lain?", Tanya Bapak Tua itu lagi.
"Tidak pak hanya ini pekerjaan saya," kata Yongker.

Orang tua itu kemudian merasa kasihan kepada Yongker. Dia kagum melihat semangat Yongker untuk hidup. Dia kemudian ingin memberinya hadiah kepada Yongker.

"Yongker, saya tahu kau adalah orang yang baik. Saya ingin memberi kamu kekuatan.  Dengan kekuatan itu kamu tidak akan merasa sakit. Tidak ada yang bisa menyakiti kamu. Gunakanlah kekuatan itu dengan baik," kata orang tua itu.

Kemudian dia pergi ke arah pepohonan bamboo dan  mengambil satu bambu kemudian ditusuknya bambu itu  ke tubuh Yongker, Yongker kaget setengah mati, anehnya, Yongker tidak merasa sakit, sebaliknya, ia merasa sangat kuat dan sehat.

"Terima kasih, Pak," kata Yongker. Namun, orang tua itu menghilang. "Pak ... kamu di mana?" Yongker melihat sekeliling tapi ia tidak bisa menemukan orang tua itu.

Semakin membuat Yongker kaget yaitu pohon-pohon bambu juga hilang. Yongker pun akhirnya pulang. Dalam perjalanan pulang, ia bertemu dengan beberapa perampok. Mereka ingin merampoknya.

"Saya tidak punya apa-apa," kata Yongker. Para perampok tidak percaya padanya. Mereka menyerang dia. Salah satu perampok menikam Yongker namun pisau itu tidak menembus tubuh Yongker. Yongker baik-baik saja, dia sama sekali tidak merasa sakit. Para perampok itu sangat terkejut dan akhirnya ketakutan, mereka semua melarikan diri.

Kisah kesaktian Yongker akhirnya tersebar, semua penduduk desa senang ketika mereka tahu bahwa Yongker telah menjadi orang yang sangat kuat. Yorgker sudah berjanji kepada mereka bahwa ia akan menggunakan kekuatannya hanya untuk hal-hal baik.

Sampai sekarang tempat Yongker beristirahat itu tetap bersih. Orang-orang Desa Latuhalat Dusun Waimahu kemudian memberi nama tempat di mana Yongker bertemu orang tua sebagai Bulu Pamali. Bulu berarti 'bambu' dan Pamali berarti 'hilang secara misterius'.

Senin, 02 September 2019

NEGERI NUSA INA


Negeri Nusa Ina adalah sebuah negeri yang sudah dikenal sejak dulu kala di Maluku. Disebut Negeri Nusa Ina karena Negeri itu diperintah oleh seorang perempuan yang disebut Ina, dia memerintah negerinya dengan adil dan bijaksana. Negeri Nusa Ina memiliki wilayah meliputi gunung dan bukit-bukit dan jauh dari pesisir pantai. Tepatnya pusat dari Negeri Nusa Ina adalah berada di atas puncak gunung yang bernama Gunung Binaiyya.

Ina memiliki beberapa orang anak, dia mendidik mereka dengan penuh kasih sayang. Adat istiadat dan budaya setempat, hukum serta agama ditanamkan kepada mereka. Anak-anak Ina tumbuh menjadi remaja dan bertanggung jawab. Mereka sangat mencintai orang tua serta negerinya. Ketika dewasa, mereka akhirnya merantau, mencari pengalaman di luar Nusa Ina.

Dengan berat hati Ina pun melepaskan anak-anaknya untuk mengadu nasibnya dengan sebuah padawari. Mereka menuruni Gunung Binaiyya menuju pesisir pantai dan merantai ke wilayah-wilayah sekitar di Maluku. Mereka menelusuri wilayah di Kepulauan Lease, yaitu Haruku, Saparua dan Nusa Laut. Mereka mentap, melahirkan anak-anak mereka dan membangun negeri di wilayah itu

Mereka akhirnya menjadi semakin banyak dan menempati hampir seluruh wilayah-wilayah di Kepulauan Lease. Untuk menjaga hubungan kekerabatan mereka sebagai orang bersaudara di negeri-negeri itu mereka memberi identitas anak-anaknya dengan marga.

Hingga sekarang orang-orang Maluku percaya bahwa apabila ada kesamaan marga maka mereka adalah saudara gandong sama-sama keturunan Ina.  Di sisi lain orang-orang dari Kepulauan Lease percaya bahwa mereka berasal dari satu ibu yaitu Ina serta berasal dari satu tempat yaitu dari Negeri Nusa Ina. Negeri Nusa Ina biasa disebut juga Nunusaku.

Ikatan kekeluargaan yang sangat kuat itu sejak dulu masih terlihat sampai sekarang dan sudah menjadi sebuah tradisi. Apabila salah seorang mempunyai acara syukuran, pasti saudara-saudaranya yang lain akan datang dan membantu menyukseskan acara dimaksud, dan jika tidak dihadiri oleh salah seorang saudara-saudaranya konon katanya syukuran itu pasti akan mengalami kendala tertentu.

Rabu, 28 Agustus 2019

O BIA MOLOKU DAN O BIA MOKARA


Dahulu kala di Utara Kepulauan Maluku terdapat suatu desa yang biasa disebut Desa Tobelo. Salah satu penduduk desa itu adalah sebuah keluarga kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan dua anak yakni O Bia Moloku seorang gadis cilik yang cantik dan O Bia Mokara, adik laki-lakinya yang tampan.

Keluarga kecil itu hidup bahagia. Sang Ayah bekerja sebagai nelayan dan tentu sering pergi melaut selama beberapa hari. Sebagian hasil tangkapannya dimakan dan sebagian lagi dijual ke pasar. Jika ayahnya pergi, O Bia Moloku dan O Bia Mokara tinggal bersama ibunya. Kadang jika ibunya pergi ke kebun, O Bia Molukulah yang menjaga adiknya.

Seperti biasa, sebelum pergi melaut, sang Ayah akan meninggalkan persediaan makanan yang cukup. Salah satunya adalah telur ikan pepayana yang menjadi menu favoritnya. Ia berharap saat pulang nanti, telur ikan itu masih ada untuk ia santap.
"Hati-hati Pak, jangan terlalu lama melautnya. Kami semua akan merindukanmu," pesan sang istri. Setelah memeluk dan mencium kedua anak- nya, pria itu pun pergi.

Keesokan harinya, sang istri bersiap untuk pergi ke kebun. Setelah menyiapkan makanan untuk kedua anaknya ia berpesan, "Anak-anak, Ibu pergi sebentar. Jika kalian lapar, makanan kalian sudah slap. Tapi ingat, telur ikan itu jangan dimakan, ya."
"Memangnya kenapa, Bu? Kenapa kami tak boleh memakannya?" tanya O Bia Moloku.
"Sesuatu yang buruk bisa terjadi. Sudahlah, turuti saja pesan Ibu," jawab sang ibu.

Setelah tinggal berdua, O Bia Moloku mengajak adiknya bermain. Mereka bermain sampai siang. O Bia Mokara mulai merengek karena lapar. Sambil menangis, ia menarik tangan kakaknya ke dapur dan menunjuk telur ikan.
"Jangan, Dik. Ibu bilang kita tak boleh memakan telur ikan itu. Kamu makan yang lain saja, ya?" bujuk O Bia Moloku. Tapi O Bia Mokara menolak, tangisnya semakin keras terus merengek meminta telur ikan.

O Bia Moloku mencoba menyuapi adiknya dengan lauk lain. Namun adiknya malah memuntahkannya. O Bia Mokara tetap bersikukuh ingin makan telur ikan. Karena tak tega, O Bia Moloku menyerah. Diambilnya telur ikan itu untuk lauk adiknya. Dalam sekejap, telur ikan itu habis tak bersisa. O Bia Mokara tertawa gembira. Hatinya senang karena perutnya telah kenyang. Ia pun kembali bermain bersama kakaknya.

"Ibu pulang! Hore...," teriak O Bia Moloku menyambut sang ibu. Sang Ibu tersenyum kelelahan melihat tingkah anak-anaknya. Ia segera menggendong O Bia Mokara yang tampak rindu padanya. Dengan penuh kasih, disusuinya anak bungsunya itu. Sambil menyusui, ia bersenandung. Namun, senandungnya langsung berhenti saat ia melihat sisa telur ikan di mulut O Bia Mokara.

"Apa yang kau lakukan, Nak? Kau menyuapi adikmu dengan telur ikan?" tanyanya pada O Bia Moloku dengan wajah tegang dan tubuh gemetar menahan amarah.
"Iya, Bu. Ia menangis terus meminta telur ikan itu. Akhirnga aku berikan saja," jawab O Bia Moloku
Mendengar jawaban itu, sang Ibu langsung melepaskan O Bia Mokara dari pelukannya. Ia berlari keluar rumah meninggalkan anak-anaknya. O Bia Moloku kebingungan. Digendongnya adiknya lalu pergi menyusul ibunya.
"Ibu... Ibu... berhentilah. Adik menangis terus, ia minta susu," serunya.
"Pulanglah lalu peras daun katang-katang. Kau akan mendapatkan air susu dari daun itu," jawab ibunya sambil terus berlari.

O Bia Moloku menurut dan pulang ke rumah lalu memeras daun katang-katang. Setelah memberikan perasan daun katang-katang tiga kali, ia pergi mencari ibunya. Dilihatnya sang ibu hendak menerjunkan diri ke laut.
"Ibu... Ibu... jangan tinggalkan kami," teriak O Bia Moloku.
Sang ibu tak menghiraukan panggilan anaknya. Ia terjun dan menemukan sebuah batu yang besar. Karena besarnya, sebagian batu itu timbul di permukaan laut. Wanita itu naik ke atas batu tersebut dan berkata, "Bukalah supaya aku dapat masuk."

Ajaib, batu itu terbelah dua dan ibu tersebut masuk ke dalam. Lalu ia berkata, "Tutuplah." Batu itu pun menutup dengan rapat, menelan tubuh sang ibu.
O Bia Moloku dan O Bia Mokara hanya dapat menangisi kepergian ibunya. Kedua anak itu menyesal telah membuat ibu mereka marah. Entah apa yang akan mereka katakan saat ayah mereka pulang nanti.
Pesan dari cerita ini adalah ingatlah selalu pesan dan nasihat dari orangtua. Hormati mereka seumur hidupmu.

ASAL MULA DANAU TAPALA

Pulau Seram yang terletak di daerah Kabupaten Maluku Tengah, merupakan salah satu dari dua pulau besar di kawasan ini. Pulau ini terke...

Popular Posts