Pulau Seram yang terletak di daerah Kabupaten Maluku
Tengah, merupakan salah satu dari dua pulau besar di kawasan ini. Pulau ini
terkenal dengan nama Nusa Ina artinya Pulau Ibu.
Di Seram bagian Barat, Kecamatan Taniwel terdapat sebuah negeri
yang bernama Hatunuru.
Dahulu kala di tempat itu terdapat sebuah desa yang
cukup besar. Rakyat di desa itu hidup dengan aman dan damai di bawah pimpinan
seorang Raja yang sangat bijaksana dan baik hati.
Di pinggiran desa itu hiduplah dua orang kakak beradik
yang sudah kehilangan ayah dan ibunya. Mereka berdua hidup sebagai anak-anak
yatim piatu yang miskin.
Dalam keadaan hidup yang miskin itu, kedua kakak
beradik hidup dengan rukun dalam suasana persaudaraan yang manis. Setiap hari
mereka berusaha mengolah alam sekitarnya untuk memperoleh makanan bagi
kelanjutan hidup mereka.
Pada suatu hari ketika mereka sedang duduk dalam
pondok, datanglah seorang nenek yang sudah tua dengan pakaian compang-camping dan
kotor. Kakak beradik tersebut segera mengajak nenek itu duduk lalu diberi
makanan serta minuman. Sesudah itu pakaian nenek yang kotor tadi dibersihkan
oleh kakak beradik itu. Melihat tingkah laku kakak beradik itu, maka timbullah
perasaan sayang dari sang nenek serta keinginan untuk membalas kebaikan mereka.
Lalu sang nenek meminta kesediaan dari kakak beradik
tersebut untuk mencari kutunya. Kakak beradik itu mau mencari kutu sang nenek
dan saat mereka mulai memegang kepala si nenek, nenek itu pun berpesan ”cucuku apabila
kalian mencari kutu nenek dan mendapatkan telut-telur kutu hendaklah kalian
menghancurkannya. Tetapi apabila kalian menemukan induk kutu, maka jangan
sekali-kali kalian menghancurkannya.
Kedua anak itu lalu mencari kutu nenek dengan berpegang
teguh pada pesannya. Setelah beberapa lama mereka mencari kutu, dimana
telur-telur kutu nenek sudah dihancurkan, tiba-tiba mereka menemukan seekor
induk kutu.
Sesuai dengan pesan nenek, induk kutu itu tidak
dihancurkan melainkan diambil dari kepala sang nenek dan segera ditunjukkan kepada
sang nenek. Dengan ajaib, induk kutu itu berubah menjadi seekor anak babi.
Lalu berkatalah nenek itu: ” Inilah anak babi, jagalah
baik-baik sampai besar, agar kalian nanti tidak akan bersusah payah lagi
mencari binatang buruan, tetapi kalian kini sudah memperolehnya.”
Disamping itu nenek tersebut memberikan kepada kakak
beradik itu sebuah kuwali, sang nenek pun berpesan pada mereka : ”Ini kuwali kalian
berdua jaga baik-baik, apabila kalian kekurangan sesuatu, ketuk saja kuwali ini
maka pasti apa yang kalian butuhkan itu akan datang dengan sendirinya.”
Lalu nenek itu pun pergi meninggalkan kakak beradik
tersebut. Mereka sekarang hidup dengan tidak kurang apa-apa.
Warga desa benar-benar tahu bahwa kedua anak itu
sangat miskin, mereka menjadi sangat kaget melihat kedua anak itu kini telah
hidup berkecukupan.
Mereka saling bertanya satu sama lain dari mana
sehingga kakak beradik itu dapat hidup berkecukupan. Warga desa itu pun menjadi
iri hati melihat kedua anak tersebut. Kemudian mereka berusaha sekeras-kerasnya
untuk mengetahui sumber kehidupan dari kakak beradik itu. Pada akhirnya
orang-orang di desa itu mengetahui bahwa kuwali itulah sumbernya. Kini mereka
berusaha untuk mencuri kuwali dari kakak beradik tersebut.
Pada suatu hari kakak beradik itu pergi ke kebun, ketika
hari mulai siang mereka merasa lapar, maka mereka pulang ke rumah. Ketika
mereka sampai di rumah, mereka mencari kuwali itu. Ternyata kuwali tersebut
sudah tidak ada lagi pada tempatnya. Mereka berdua mencari kuwali itu kesana
kemari namun sia-sia, karena ketika mereka berada di kebun, kuwali itu sudah
dicuri oleh orang-orang desa.
Kakak beradik itu menjadi sedih dan menangis.
Sementara mereka menangis tiba-tiba muncul nenek tua itu dihadapan mereka,
sambil bertanya, ”mengapa kalian berdua menangis?”. kedua anak itu menjawab
bahwa “kuwali pemberian nenek itu telah dicuri orang”.
Nenek pun berkata ”janganlah kalian menagis tetapi
ambil saja sebuah anak panah ini dengan busurnya, lalu pergilah kalian ke
tengah-tengah desa dan panahlah ke arah langit. Apabila anak panah itu sudah
terlepas dari busurnya, maka kalian berdua harus lari meninggalkan desa ini.
Ketika anak panah itu jatuh ke tengah-tengah desa,
maka keluarlah satu mata air yang mengalir cukup deras. Akibatnya desa itu
tenggelam digenangi air sehingga semua penghuni desa mati, kemudian desa itu berubah menjadi sebuah
danau yang disebut “Danau Tapala".
Pesan moral yang dapat dipetik dari cerita
ini adalah :
·
Kita
harus selalu berbuat baik kepada sesama manusia.
·
Jangan pernah senang
melihat orang lain susah dan susah melihat orang lain senang.
·
Baik dan buruk perbuatan
kita pasti akan ada balasannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar